Tanaman Paparika (4)

Di Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan pada sekitar tahun 1990-an dan dewasa ini Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu pusat pertanaman paprika di Indonesia (Prabaningrum et al. 2002). Tanaman paprika tersebut dibudidayakan di dalam rumah plastik (rumah kasa). Ada sebelas varietas paprika yang dibudidayakan oleh petani tetapi hanya dua varietas yang paling dominan yaitu Spartacus dan Edison yaitu sebesar 82%. Kedua varietas paprika ini banyak dibudidayakan oleh petani karena pertumbuhan dan hasilnya yang baik, disamping itu bentuk dan ukuran buah dari kedua varietas paprika tersebut mudah untuk dijual di pasr lokal maupun ekspor. Kisaran daya hasil kedua varietas paprika tersebut adalah 1,5-3 kg per tanaman.

Dari hasil survei yang dilaksanakan oleh Gunadi et al. (2003) diketahui bahwa pada umumnya petani responden menggunakan populasi tiga tanaman per meter persegi (59%), tetapi beberapa petani responden mencoba menanam lebih tanaman per meter persegi yaitu empat tanaman per meter persegi (41%). Efisiensi penggunaan pestisida dan nutrisi merupakan alasan petani responden untuk menanam lebih dari banyak tanaman per meter persegi. Hasil survei juga menunjukkan bahwa dari keseluruhan total biaya produksi tanaman paprika, ternyata alokasi biaya untuk nutrisi mendominasi biaya produksi secara keseluruhan. Biaya untuk nutrisi adalah 35,2% dari biaya total produksi secara keseluruhan, diikuti oleh biaya tenaga kerja yaitu sebesar 25% dari biaya total produksi secara keseluruhan. Biaya untuk pestisida, benih atau bibit dan media tanam berturut-turut hanya sebesar 20,5, 10,6 dan 8,6 % dari biaya total produksi secara keseluruhan.

Hasil tanaman paprika di negara Belanda dapat mencapi 25-30 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selama 12 bulan (Gunadi 2006). Di Indonesia hasil tanaman paprika yang dapat dicapai di Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah 8-9 kg per meter persegi dengan periode pertumbuhan selma 7 bulan (Gunadi et al.2005). Hasil paprika di Indonesia yang relatif masih rendah masih dapat ditingkatkan kembali dengan teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi tropis di Indonesia.

Tanaman Paprika (3)

Produksi tanaman paprika di Belanda dari tahun ke tahun terus meningkat. Demikian pula, keuntungan bersih yang diperoleh dari penanaman paprika di Belanda terus meningkat yang disebabkan oleh harga komoditas paprika yang terus menerus meningkat pula.

Komoditas paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna dan ukuran. Pada umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu dengan dua bentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang berbentuk lonjong (lamujo) (Hadinata 2004).

Dari segi warna, paprika dibedakan menurut empat warna utama yaitu merah, hijau, kuning, dan orange. Selain dari bentuk dan warna, harga jual buah paprika ditentukan pula oleh ukuran buah. Pada umumnya ukuran buah dibedakan menjadi empat katagori yaitu (Hadianata 204):
1. Kecil, diameter buah 6,5-8 cm, bobot buah 120-160 gram.
2. Sedang, diameter buah 7,5-9,5 cm, bobot buah 160-200 gram.
3. Besar, daimeter buah 9-11 cm, bobot buah 200-250 gram.
4. Sangat besar, diameter buah >11 cm, bobot buah >250 gram.

Tanaman Paprika (2)

Pada umumnya, tanaman paprika yang dibudidayakan di bawah naungan (protected cultivation) menggunkan kultivar indeterminate dimana tanaman secara bertahap dan terus menerus tumbuh dan berkembang membentuk daun, batang, bunga dan buah yang baru. Sebagai perbandingan, kultivar paprika yang dibudidayakan di lahan terbuka (open field) adalah kultivar determinate dimana tanaman tumbuh sampai mencapai ukuran tertentu, kemudian menghasilkan buah,lalu tumbuh dan akhirnya tanaman mati. Pada saat ini, budidaya tanaman paprika di lahan terbuka dengan menggunakan kultivar determinate tidak berkembang seperti budidaya tanaman paprika di bawah naungan yang menggunkan kultivar inderteminate.

Kultivar indeterminate memerlukan pemangkasan (pruning) untuk mempertahankan pertumbuhannya. Dalam rangka untuk mengoptimalkan hasil tanaman paprika pada budidaya tanaman paprika dibawah naungan, keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dan generatif (bunga dan buah) harus dipelihara dan diperahankan (Alberta 2004).

Tanaman Paprika (1)

Pada saat ini, tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang dibudidayakan dibawah naungan (protected cultivation). Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana banyak spesies telah dibudidayakan beratus tahun sebelum Coloumbus mendarat di benua tersebut (Alberta 2004; Wein 1997). Penanaman paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika dibudidayakan dilahan terbuka (out dor) (Van Winden 1988). Walaupun termasuk tanaman tahunan, paprika dibudidayakan sebagai tanaman setahun didaerah beriklim temperata, tetapi di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan memberikan hasil selama lebih dari beberapa tahun Wien 1997).

Dalam klasifikasi tumbuhan, paprika dimasukkan ke dalam famili Solanaceae. Daunnya berukuran lebar dan berwarna hijau tua. Bentuk buah paprika mirip lonceng, sehingga dinamakan  bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk, namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet pepper. Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, yaitu suhu 24-30 celcius pada siang hari dan 9-12 celcius pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapt bertahan pada suhu  38 celcius (Hartz 2002). Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16-25 celcius (Prihmantoro dan Indriani 2000).

Buah paprika mengandung sedikkit, protein, lemak dan gula, tatapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (sampai 340 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprka jauh lebih tinggi daripada buah jeruk (Morgan dan Lennard 2000). Pada umumnya paprika digunakan sebagai bumbu penyedap atau bahan masakan, selain itu juga digunakan sebagai zat pewarna makanan. Antosianin yang terkandung dalam paprika merupakan zat pewarna makanan yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pewarna makanan yang berasal dari sumber lain, yaitu lebih tahan suhu tinggi dan stabil pada kisaran PH lebar yaitu 1 sampai 9 (Hartuti 2004).

Prolog Tanaman Paprika

papDi Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan sejak tahun 1990-an. Pada awalnya pengembangannya paprika ditanam di lahan terbuka, tatapi kini telah dikembangkan secara hidroponik di rumah kasa atau plastik. Produksi buah paprika selain untuk memenuhi pasar dalam negeri (hotel berbintang, pasar swalayan, rumah makan internasional, pasr tradisional, dll.) juga untuk memenuhi pasar ekspor.Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yang sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.

Hidroponik Sayuran

Di Indonesia, pada umumnya tanaman sayuran dibudidayakan di lahan terbuka. Kondisi cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran sepanjang tahun. Namun budidaya sayuran dilahan terbuka menghadapi banyak masalah. Pada musim hujan, penanaman sayuran tersebut sebagian atau seluruhnya rusak. Kondisi cuaca selama musim hujan seringkali juga tidak cocok untuk penanaman syuran yang disebabkan oleh adanya peningkatan kelembaban dan kondisi ini menyebabkan perkembangan banyk penyakit tanaman yang umumnya berkembang dengan pesat pada kondisi itu.

Budidaya tanaman dibawah naungan (proteted cultivaion) adalah teknik penanaman sayuran yang dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan penanaman sayuran di lahan terbuka. Teknik ini merupakan usaha perlindungan fisik dari tanaman dengan tujuan utama untuk mengendalikan faktor cuaca yang mengganggu perkembangan tanaman. Beberapa keuntungan penggunaan budidaya tanaman dibawah naungan adalah hasil tanaman yang lebih tinggi, kualitas produk lebih baik dan masa panaen lebih panjang dibanding dengan produksi sayuran dilahan terbuka (Agnet 1999; Baron’s Brae 1991). Selain itu, keuntungan lainnya adalah efisiensi penggunaan pupuk dan pestisida, pengguanan teknik perlindungan tanaman secara biologi produksi tanaman lebih terencana (Baudoin dan Von Zabeltitz 2002).

Namun demikian, ketersedian produk sayuran yang berkualitas belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini disebabkan produksi sayuran di rumah plasti masih sangat terbatas dan belum berkembang seperti di negara maju, dimana budidaya tanaman di bawah naungan merupakan salah satu teknik utama untuk produksi sayuran. Dalam rangka meningkatkan produksi sayuran yang berkualitas di Indonesia maka perlu dikembangkan teknologi produksi sayuran di rumah plastik sehingga dapat memenui kebutuhan konsumen dalam negeri maupun potensi untuk komoditas ekspor.

Pada umumnya, produksi sayuran di rumah plastik menggunakan sistem hidroponik. Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Bercocok tanam dengan metode hidroponik berati secara keseluruhan keperuluan nutrisi yang diserap melalui akar tanaman diberikan dalam bentuk larutan. Hidroponik sering juga disebut Controlled Environmental Agriclture atau pertanian dengan lingkungan yang terkontrol,dimana cahaya,air,suhu, karbondioksida,oksigen,PH dn nutrisi dapat dikontrol (Alberta 2004)

Ada banyak jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan di rumah plastik,seperti paprika,tomat beef,tomat cherry,mentimun dan sayuran daun seperti selada,packcoy,kiln,dan caysin. Hasil survei identifikasi potensi dan masalh produksi sayuran di rumah plastik dan lokakarya (workshop) parisipatif karakterisasi budidaya sayuran di rumah plastik yang dilaksanakan pada tahun 2003 (Gunadi et al. 2003) menunjukkan bahwa tanaman paprika merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di rumah plastik di Indonesia.

(Reff:Bali Penelitian Tanaman Sayuran)

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!